Pergerakan IHSG di Akhir Januari 2025
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan pada akhir Januari 2025, dipengaruhi oleh kombinasi faktor global dan domestik. Penurunan nilai tukar rupiah, aksi jual asing, serta ketidakpastian kebijakan moneter global memberikan tekanan pada indeks, meskipun pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) memberikan sentimen positif bagi sektor tertentu.
Baca Juga: Dividen (TTM): Pengertian, Cara Menghitung, dan Manfaatnya
Berita Global yang Mempengaruhi IHSG
1. Inflasi Global dan Kebijakan The Federal Reserve
Data inflasi terbaru dari Amerika Serikat dan Inggris menunjukkan tanda-tanda penurunan, memberikan kelegaan bagi investor global. Meskipun demikian, The Federal Reserve belum memberikan sinyal pasti terkait pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat. Namun, ekspektasi pasar kini mengarah pada kemungkinan pemangkasan suku bunga lebih cepat, dari yang sebelumnya diprediksi pada September menjadi Juni 2025. Hal ini bisa menjadi katalis positif bagi pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
2. Pergerakan Pasar Asia
Pelemahan dolar AS dan penurunan imbal hasil obligasi AS (Treasury yield) mendukung pemulihan ekuitas di pasar Asia. Namun, ketidakstabilan di Wall Street menjelang rilis data inflasi AS menimbulkan kewaspadaan bagi investor global, sehingga pasar Asia tetap dalam posisi defensif.
Berita Domestik yang Mempengaruhi IHSG
1. Kebijakan Suku Bunga Bank Indonesia
Pada pertengahan Januari 2025, Bank Indonesia mengejutkan pasar dengan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,75%. Pemangkasan ini dilakukan sebagai respons terhadap inflasi domestik yang tetap terkendali dalam sasaran 2,5% ± 1%. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan likuiditas dan mendorong sektor-sektor tertentu, seperti properti dan konstruksi.
2. Pergerakan IHSG dan Nilai Tukar Rupiah
Dalam periode 6-10 Januari 2025, IHSG mengalami koreksi sebesar 1,05%, dipicu oleh pelemahan rupiah terhadap dolar AS serta aksi jual asing yang mencapai Rp2,11 triliun. Situasi ini menunjukkan bahwa investor asing masih berhati-hati terhadap kondisi ekonomi global dan domestik.
Analisis Dampak terhadap IHSG
Dampak Global
- Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed: Potensi pemangkasan suku bunga lebih cepat dapat mendorong aliran modal masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia, yang berpotensi mengangkat IHSG dalam jangka menengah.
- Pelemahan Dolar AS dan Yield Obligasi AS: Rupiah berpotensi menguat, yang menguntungkan sektor infrastruktur dan properti.
- Ketidakpastian di Wall Street: Volatilitas menjelang rilis data inflasi AS dapat menahan laju kenaikan IHSG dalam jangka pendek.
Dampak Domestik
- Pemangkasan Suku Bunga BI:
- Sektor properti, konstruksi, dan perbankan berpotensi mendapatkan keuntungan dari biaya pinjaman yang lebih murah.
- Namun, perbankan bisa mengalami tekanan pada net interest margin (NIM).
- Pelemahan Rupiah dan Outflow Asing:
- Sektor berbasis impor seperti otomotif dan farmasi dapat mengalami tekanan akibat melemahnya rupiah.
- Aksi jual asing yang cukup besar menjadi tantangan bagi IHSG untuk pulih dengan cepat.
Rekomendasi Saham untuk Akhir Januari 2025
Saham yang Diuntungkan oleh Pemangkasan Suku Bunga BI
- Properti: BSDE, PWON, SMRA → Suku bunga yang lebih rendah dapat meningkatkan permintaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
- Konstruksi: ADHI, PTPP, WIKA → Biaya pinjaman yang lebih murah dapat mempercepat proyek infrastruktur.
Saham yang Diuntungkan oleh Pelemahan Dolar AS
- Telekomunikasi: TLKM, EXCL, ISAT → Sektor ini tidak terlalu bergantung pada bahan baku impor dan memiliki arus kas yang kuat.
- Energi & Gas: PGAS → Penguatan rupiah dapat mengurangi beban impor gas.
Saham yang Rentan terhadap Pelemahan Rupiah
- Otomotif: ASII → Bergantung pada bahan baku impor, sehingga biaya produksi meningkat jika rupiah melemah.
- Farmasi: KLBF → Biaya impor bahan baku meningkat akibat pelemahan rupiah.
- Perbankan: BBCA, BBRI, BMRI, BBNI → Berpotensi menghadapi tekanan pada margin keuntungan akibat penurunan suku bunga.
Belajar Gratis Saham dan Reksadana: Klik Link Berikut
Kesimpulan
IHSG masih berada dalam fase konsolidasi dengan potensi rebound jika sentimen suku bunga dan inflasi global semakin jelas. Pemangkasan suku bunga BI dapat menjadi katalis positif bagi sektor properti, konstruksi, dan telekomunikasi. Sementara itu, pelemahan rupiah perlu diwaspadai karena dapat menekan sektor berbasis impor. Dalam jangka pendek, investor disarankan untuk fokus pada saham-saham berbasis domestik yang lebih defensif dan diuntungkan oleh kebijakan suku bunga yang lebih rendah.
*Disclaimer: Artikel berikut merupakan analisa yang bertujuan untuk edukasi investasi. Segala keputusan investasi pelaku pasar serta resiko yang menyertai merupakan tanggung jawab masing-masing investor.