Pasar keuangan selalu dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi dan keputusan korporasi yang terjadi sepanjang bulan. Memasuki Maret 2025, investor perlu mencermati sejumlah data ekonomi penting serta aksi korporasi yang dapat mempengaruhi pergerakan pasar. Dari rilis data inflasi hingga rapat kebijakan moneter, serta corporate action seperti pembagian dividen dan IPO, semua peristiwa ini akan menjadi katalis utama bagi pergerakan harga saham.
Belajar Gratis Saham dan Reksadana: Klik Link Berikut
Berikut adalah Kalender Ekonomi Maret 2025:

Peristiwa Ekonomi Penting
- Inflasi Februari (3 Maret 2025) Data inflasi mencerminkan kenaikan harga barang dan jasa yang dapat mempengaruhi kebijakan moneter dan pasar keuangan.
- Posisi Investasi & Laporan Survei (10-12 Maret 2025) Memberikan gambaran tentang kondisi investasi dan tren ekonomi yang sedang berlangsung.
- Statistik Utama & Neraca Perdagangan (17 Maret 2025) Mengukur kinerja ekspor-impor yang berdampak pada nilai tukar mata uang dan perekonomian.
- Rapat Dewan Gubernur (19 Maret 2025) Keputusan terkait suku bunga dalam rapat ini dapat mempengaruhi pasar keuangan secara signifikan.
Corporate Action dan Hari Libur
- Perkembangan Pasar (1 & 21 Maret 2025) Pembaruan kondisi pasar menjadi indikator penting bagi investor.
- Hari Raya Idul Fitri (31 Maret – 2 April 2025) Libur pasar yang dapat mempengaruhi likuiditas dan aktivitas perdagangan.
- Hari Suci Nyepi (28-29 Maret 2025) Libur nasional yang berpotensi mengurangi aktivitas perdagangan.
Dampak terhadap Pasar
Investor perlu mencermati kalender ekonomi dan corporate action ini dalam mengambil keputusan investasi. Data ekonomi yang positif dapat meningkatkan optimisme pasar, sementara data yang kurang baik bisa memicu aksi jual. Pemahaman yang baik terhadap kalender ekonomi akan membantu investor menghadapi volatilitas pasar dan memanfaatkan peluang investasi yang ada.

Pekan Pertama: PMI dan Data Tenaga Kerja
Pada awal bulan, data Purchasing Managers’ Index (PMI) menjadi perhatian utama:
S&P Global Manufacturing PMI (Februari) tercatat di 52.7, lebih tinggi dari perkiraan (51.6), menunjukkan ekspansi manufaktur yang stabil.
ISM Manufacturing PMI (Februari) di 50.3, sedikit di bawah ekspektasi (50.6), menunjukkan ekspansi yang lebih lambat.
ISM Manufacturing Prices (Februari) di 62.4, menunjukkan peningkatan harga bahan baku yang dapat meningkatkan tekanan inflasi.
Selain itu, data tenaga kerja mulai dirilis:
ADP Nonfarm Employment Change (Februari) hanya mencapai 77K, jauh di bawah ekspektasi 141K, menunjukkan pelemahan di sektor tenaga kerja.
Nonfarm Payrolls (Februari) di 151K, lebih rendah dari perkiraan 159K, menunjukkan perlambatan pertumbuhan lapangan kerja.
Tingkat Pengangguran (Februari) naik menjadi 4.1%, sedikit lebih tinggi dari ekspektasi 4.0%.
Data ini mengindikasikan pasar tenaga kerja yang mulai melambat, yang dapat mempengaruhi kebijakan moneter The Fed dalam beberapa bulan mendatang.
Pekan Kedua: Inflasi dan Sentimen Konsumen
CPI (Indeks Harga Konsumen) Februari tercatat di 2.9% YoY, sedikit lebih rendah dari ekspektasi 3.0%, menunjukkan perlambatan inflasi.
Core CPI (MoM) Februari di 0.3%, sesuai ekspektasi, menandakan inflasi masih terjaga meski belum menunjukkan penurunan yang signifikan.
JOLTS Job Openings (Januari) mencatat 7.71M, sedikit di atas perkiraan 7.6M, mengindikasikan masih adanya permintaan tenaga kerja yang kuat.
Inflasi yang sedikit melandai dapat memberi ruang bagi The Fed untuk mempertimbangkan kebijakan moneter yang lebih akomodatif dalam beberapa bulan ke depan.
Pekan Ketiga: Kebijakan Moneter dan Retail Sales
Retail Sales (MoM) Februari turun -0.9%, menunjukkan penurunan daya beli masyarakat yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
Fed Interest Rate Decision pada 19 Maret menetapkan suku bunga di 4.50%, mengindikasikan bahwa The Fed masih mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi.
Penurunan belanja konsumen dapat memicu kekhawatiran resesi, terutama jika tren ini berlanjut dalam beberapa bulan mendatang.
Pekan Keempat: Sentimen Bisnis dan Pertumbuhan Ekonomi
CB Consumer Confidence (Maret) tercatat di 98.3, menunjukkan sentimen konsumen yang masih cukup stabil meskipun ada tekanan inflasi dan suku bunga tinggi.
GDP (QoQ) Q4 2024 tercatat di 2.3%, menandakan ekonomi masih tumbuh meskipun dengan laju yang lebih lambat.
Data ekonomi Maret 2025 memberikan gambaran tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi dan pasar tenaga kerja yang melemah. Inflasi mulai terkendali, tetapi masih cukup tinggi untuk mencegah The Fed melakukan pemotongan suku bunga dalam waktu dekat. Investor dan pelaku pasar akan terus mencermati perkembangan ini untuk menentukan strategi investasi mereka ke depan.
Baca Juga: Mindset Orang Kaya vs. Mindset Orang Biasa: Apa Bedanya?
Aktivitas Waran di Bursa Efek Indonesia pada 7 Maret 2025

Pada 7 Maret 2025, Bursa Efek Indonesia mencatat sejumlah aksi korporasi dalam bentuk penerbitan waran oleh beberapa emiten. Waran adalah instrumen keuangan yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham emiten pada harga tertentu dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
Dari data yang ditampilkan, beberapa emiten yang menerbitkan waran antara lain ATLA, SAGE, ISEA, MANG, NANO, KING, dan AMMS. Jumlah aksi korporasi terbesar tercatat pada emiten SAGE dengan 250.312 waran dan nilai transaksi mencapai Rp8,03 miliar. Sementara itu, emiten dengan nilai transaksi tertinggi adalah ATLA dengan total Rp6,19 miliar.
Aksi korporasi ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas di pasar waran, yang dapat menjadi peluang bagi investor untuk memperoleh keuntungan melalui potensi apresiasi harga saham di masa depan. Investor disarankan untuk mencermati prospek masing-masing emiten sebelum mengambil keputusan investasi.
Deretan IPO Terbaru di Bursa: YUPI, KAQI, dan MINE Siap Melantai
Pasar modal Indonesia kembali diramaikan oleh sejumlah perusahaan yang akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tiga di antaranya adalah PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI), PT Jantra Grupo Indonesia Tbk (KAQI), dan PT Sinar Terang Mandiri Tbk (MINE). Berikut adalah ringkasan terkait penawaran saham masing-masing perusahaan.
PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI)
Produsen permen jeli ternama, PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk, tengah menjalani proses penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO). Tahapan awal, yaitu bookbuilding atau penawaran awal, berlangsung pada 6-10 Maret 2025 dengan kisaran harga Rp2.100 – Rp2.500 per saham. Setelah itu, masa penawaran umum dijadwalkan pada 17-19 Maret 2025, dengan pencatatan resmi di bursa pada 21 Maret 2025.
PT Jantra Grupo Indonesia Tbk (KAQI)
PT Jantra Grupo Indonesia Tbk yang bergerak di sektor consumer cyclicals telah menetapkan harga final IPO sebesar Rp118 per saham. Saham KAQI akan resmi tercatat di BEI pada 10 Maret 2025 dengan total 4.500.000 lot saham yang ditawarkan kepada publik.
PT Sinar Terang Mandiri Tbk (MINE)
Berikutnya, PT Sinar Terang Mandiri Tbk (MINE) yang bergerak di sektor basic materials akan mencatatkan sahamnya di BEI pada 10 Maret 2025. Harga final IPO MINE ditetapkan pada Rp216 per saham, dengan jumlah saham yang ditawarkan mencapai 6.126.653 lot.