Pasar saham Indonesia diperkirakan bergerak positif sepanjang pekan ini, didorong oleh sentimen global yang kondusif serta dinamika domestik yang mendukung. Meski demikian, tantangan seperti wacana kenaikan PPN tetap menjadi perhatian bagi para pelaku pasar. Dengan latar belakang inflasi rendah dan prospek penguatan sektor konsumsi menjelang akhir tahun, peluang investasi tetap terbuka lebar, terutama di sektor komoditas, konsumsi, dan properti.
Baca Juga: Tips dan Trik Keuangan untuk Menghadapi Kenaikan PPN 12%
Berita Global Terbaru
- Data Ekonomi AS:
- ISM Manufacturing PMI (November 2024): PMI manufaktur AS, yang mencerminkan aktivitas di sektor manufaktur, diperkirakan meningkat dari 46,5 menjadi 47,5. Meskipun masih dalam zona kontraksi (di bawah 50), peningkatan ini menunjukkan perbaikan sentimen di sektor tersebut. Kenaikan ini dapat meredam kekhawatiran pasar terhadap perlambatan ekonomi.
- Tingkat Pengangguran: Angka pengangguran AS diproyeksikan tetap stabil di 4,1%, mendukung ekspektasi pasar akan pelonggaran moneter lebih lanjut. Jika angka ini tercapai atau lebih tinggi, hal itu bisa meningkatkan peluang pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve.
- China:
- Caixin Manufacturing PMI (November 2024): Indeks PMI China diprediksi naik dari 50,3 ke 50,5, yang mengindikasikan perbaikan kecil di sektor manufaktur. Data ini memberikan harapan pada stabilisasi ekonomi China setelah tekanan dari perlambatan properti dan perdagangan global.
- Pasar Komoditas dan Mata Uang:
- Harga Emas: Kenaikan harga emas didorong pelemahan dolar AS, yang membuat emas lebih menarik sebagai aset safe haven. Sentimen ini diperkuat oleh data ekonomi AS yang kurang solid.
- Dolar AS: Tekanan pada dolar AS datang dari melemahnya data ADP (pekerjaan sektor swasta) dan ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut.
Berita Domestik Terbaru
- Inflasi November 2024:
- Inflasi tahunan diproyeksikan turun ke 1,5% yoy, mendekati batas bawah target Bank Indonesia (2,5%±1%). Penurunan ini menunjukkan lemahnya daya beli konsumen, meskipun terkendali dengan baik. Rendahnya inflasi memberi ruang bagi Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan.
- Aktivitas Akhir Tahun:
- Aktivitas konsumsi meningkat menjelang Natal dan Tahun Baru, memberikan dorongan positif pada sektor ritel, pariwisata, dan barang konsumsi. Kenaikan belanja ini diperkirakan mendorong kinerja emiten terkait seperti sektor ritel (MAPA) dan transportasi.
- Sentimen Pajak:
- Wacana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada 2025 mulai memengaruhi sentimen pasar. Ada kekhawatiran bahwa hal ini dapat menekan daya beli masyarakat dan memperlambat aktivitas ekonomi, khususnya pada sektor konsumsi domestik.
- Dinamika Pasar Saham:
- Saham-saham di sektor komoditas seperti batu bara terus menarik perhatian, mengingat peningkatan permintaan global menjelang musim dingin. Emiten seperti PTRO (Petrosea) dan BUMI (Bumi Resources) diproyeksikan diuntungkan dari tren ini.
Analisa IHSG
Faktor Pendukung Pergerakan IHSG
Sentimen Global
Stabilitas ekonomi Amerika Serikat dan China membawa optimisme bagi pasar global. Peningkatan Caixin Manufacturing PMI China ke level 50,5 mengindikasikan penguatan aktivitas manufaktur, yang mencerminkan stabilisasi permintaan ekspor. Hal ini berpotensi mendorong kinerja emiten berbasis komoditas di Indonesia, khususnya di sektor batu bara dan CPO.
Selain itu, pelemahan dolar AS memberi peluang penguatan bagi mata uang di negara berkembang, termasuk rupiah. Penguatan ini dapat menarik kembali arus dana asing ke pasar saham domestik, memperkuat sentimen positif di bursa Indonesia.
Sentimen Domestik
Inflasi tahunan yang terkendali pada 1,5% yoy memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan tetap rendah. Hal ini mendukung sektor-sektor berbasis pembiayaan seperti properti, infrastruktur, dan konsumsi.
Selain itu, mendekati Natal dan Tahun Baru, aktivitas konsumsi diperkirakan meningkat, terutama di sektor ritel, pariwisata, dan barang konsumsi. Momentum ini dapat mendorong pendapatan emiten di sektor-sektor tersebut.
Faktor Penahan IHSG
Spekulasi Kenaikan Pajak PPN
Rencana pemerintah untuk menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada 2025 menimbulkan kekhawatiran akan penurunan daya beli masyarakat. Sentimen ini dapat memberikan tekanan pada sektor konsumsi domestik, terutama untuk jangka panjang.
Tekanan pada Sektor Perbankan
Saham-saham perbankan utama seperti BBRI dan BMRI menghadapi aksi ambil untung oleh investor. Tekanan ini mencerminkan kehati-hatian pasar di tengah ketidakpastian kebijakan pajak dan potensi dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi.
Proyeksi IHSG
IHSG diperkirakan bergerak di rentang 7.300–7.400 minggu ini:
- Support: 7.300, didukung oleh aksi beli pada saham-saham komoditas.
- Resistance: 7.400, dengan potensi penguatan tertahan oleh aksi ambil untung dan kekhawatiran terhadap rencana kenaikan pajak.
Sektor Komoditas
- PTRO (Petrosea):
- Entry Point: Rp20.025
- Target Price: Rp22.000
- Alasan: Prospek peningkatan permintaan batu bara menjelang musim dingin mendukung performa emiten.
Sektor Konsumsi
- MAPA (Map Aktif Adiperkasa):
- Entry Point: Rp1.100
- Target Price: Rp1.175
- Alasan: Momentum belanja akhir tahun diperkirakan meningkatkan pendapatan ritel, terutama di kategori fashion dan gaya hidup.
Sektor Properti
- PWON (Pakuwon Jati):
- Entry Point: Rp520
- Target Price: Rp580
- Alasan: Kenaikan okupansi mal selama musim liburan diperkirakan mendukung pertumbuhan pendapatan.
Strategi Investor
Investor disarankan untuk fokus pada saham berbasis komoditas dan konsumsi untuk memanfaatkan momentum akhir tahun. Namun, kehati-hatian tetap diperlukan pada sektor perbankan dan konsumsi domestik, yang sensitif terhadap kebijakan pajak. Selain itu, perkembangan global seperti kebijakan suku bunga Federal Reserve dan data ekonomi dari China perlu terus dipantau, karena dapat memengaruhi arus modal asing ke pasar domestik.
Belajar Gratis Saham dan Reksadana: Klik Link Berikut
Kesimpulan:
IHSG berpeluang melanjutkan tren penguatannya di kisaran 7.300–7.400, didukung oleh stabilitas global dan sentimen positif domestik seperti inflasi rendah dan peningkatan konsumsi. Namun, investor perlu berhati-hati terhadap potensi koreksi di sektor perbankan dan dampak spekulasi kenaikan PPN terhadap daya beli jangka panjang. Rekomendasi saham seperti PTRO, MAPA, dan PWON dapat menjadi pilihan untuk memanfaatkan momentum penguatan pasar.
*Disclaimer: Artikel berikut merupakan analisa yang bertujuan untuk edukasi investasi. Segala keputusan investasi pelaku pasar serta resiko yang menyertai merupakan tanggung jawab masing-masing investor.