Pada periode 20-24 Januari 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,16 persen. Meskipun demikian, kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) justru mengalami sedikit penurunan. Pergerakan IHSG pada pekan tersebut dipengaruhi oleh kombinasi sentimen domestik dan global yang memengaruhi dinamika pasar. Berikut adalah analisis dampaknya terhadap IHSG dan rekomendasi saham yang relevan.
Baca Juga: Inflasi Global dan Cara Menyesuaikan Strategi Keuangan
Faktor Domestik
1. Kebijakan Suku Bunga Bank Indonesia (BI):
Pada 15 Januari 2025, Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 persen. Langkah ini memberikan sentimen positif bagi pasar saham domestik dengan potensi meningkatkan likuiditas dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
- Dampak: Penurunan suku bunga disambut positif, terutama oleh sektor perbankan dan properti yang cenderung diuntungkan oleh biaya pinjaman yang lebih rendah.
- Pengaruh pada IHSG: Penguatan terjadi pada sektor finansial dan properti, meskipun masih ada kekhawatiran terkait potensi inflasi di masa mendatang.
2. Rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK):
Investor menantikan hasil rapat KSSK yang membahas kondisi ekonomi dan stabilitas keuangan Indonesia, sehingga menciptakan ketidakpastian di pasar.
- Dampak: Ketidakpastian ini sempat menekan IHSG, terutama pada sektor defensif seperti konsumen.
- Pengaruh pada IHSG: Pergerakan IHSG menjadi fluktuatif menjelang akhir pekan, dengan investor mengambil posisi “wait and see”.
Faktor Global
1. Pelantikan Presiden AS:
Pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat memberikan dampak signifikan pada pergerakan pasar global, termasuk IHSG.
- Dampak: Ketidakpastian terkait arah kebijakan ekonomi, fiskal, dan perdagangan dari pemerintahan baru AS menciptakan tekanan pada pasar saham.
- Pengaruh pada IHSG: Sektor berbasis ekspor, seperti tekstil dan otomotif, lebih rentan terhadap perubahan kebijakan perdagangan AS.
2. Data Ekonomi China:
China merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2024 dengan peningkatan menjadi 5,1 persen year on year (yoy) dari 4,6 persen yoy pada kuartal III 2024. Data ini memberikan sentimen positif pada pasar Asia, termasuk Indonesia.
- Dampak: Pertumbuhan ekonomi China yang solid meningkatkan permintaan komoditas dari Asia.
- Pengaruh pada IHSG: Sektor energi dan material mencatatkan penguatan karena potensi peningkatan permintaan.
Rekomendasi Saham
Sektor Finansial:
- Bank Central Asia (BBCA): Diuntungkan oleh suku bunga rendah dengan fundamental keuangan yang solid.
- Bank Rakyat Indonesia (BBRI): Fokus pada segmen UMKM yang diprediksi tumbuh dengan adanya pelonggaran likuiditas.
Sektor Properti:
- Pakuwon Jati (PWON): Properti premium berpeluang mendapat dorongan positif dari penurunan suku bunga.
- Ciputra Development (CTRA): Sektor properti diproyeksikan meningkat seiring dengan kebijakan suku bunga rendah.
Sektor Komoditas:
- Aneka Tambang (ANTM): Kenaikan permintaan logam dari China mendukung prospek saham ini.
- Adaro Energy (ADRO): Permintaan batu bara meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi global.
Sektor Konsumen:
- Unilever Indonesia (UNVR): Saham defensif yang cocok di tengah ketidakpastian global.
- Gudang Garam (GGRM): Stabilitas harga dan permintaan mendukung prospek saham ini.
Belajar Gratis Saham dan Reksadana: Klik Link Berikut
Kesimpulan dan Rekomendasi Investasi
Investor disarankan untuk mengalokasikan portofolio pada sektor finansial dan properti yang berpotensi mendapat manfaat dari kebijakan suku bunga rendah. Saham berbasis komoditas seperti ANTM dan ADRO juga menjadi pilihan yang menarik di tengah sentimen positif dari data ekonomi China. Selain itu, diversifikasi portofolio dengan memasukkan saham defensif seperti UNVR dan GGRM dapat membantu mengurangi risiko akibat ketidakpastian global.
*Disclaimer: Artikel berikut merupakan analisa yang bertujuan untuk edukasi investasi. Segala keputusan investasi pelaku pasar serta resiko yang menyertai merupakan tanggung jawab masing-masing investor.