Pada minggu ini, perhatian investor global tertuju pada rilis data inflasi AS dan pertemuan FOMC yang berpotensi mempengaruhi kebijakan moneter The Fed. Data inflasi AS untuk Juli 2024 menunjukkan peningkatan sebesar 3,2% YoY, sedikit di atas ekspektasi pasar sebesar 3,1%. Kenaikan inflasi ini memicu spekulasi bahwa The Fed mungkin akan mempertahankan sikap hawkish-nya, dengan potensi kenaikan suku bunga lebih lanjut. Di sisi lain, ketegangan geopolitik di Asia Timur, terutama terkait Taiwan, memberikan sentimen negatif di pasar global, khususnya bagi saham-saham di sektor teknologi yang sensitif terhadap berita geopolitik.
Ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,05% (YoY) pada kuartal kedua 2024, didorong oleh konsumsi dan investasi domestik yang kuat. Sektor manufaktur dan perdagangan berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ini, meskipun sektor pertanian tumbuh moderat akibat dampak fenomena El Niño. Inflasi Juli 2024 tercatat sebesar 4,8% (YoY), menimbulkan kekhawatiran terhadap daya beli masyarakat. Sementara itu, surplus neraca perdagangan mencapai USD 3,2 miliar, didukung oleh ekspor komoditas seperti batu bara dan kelapa sawit. Namun, ketidakpastian global dan moderasi harga komoditas dapat mengancam keberlanjutan surplus ini. Pemerintah terus mendorong transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, dengan fokus pada investasi di sektor digital dan konvensional serta pengurangan defisit transaksi berjalan.
Baca Juga: Tekanan Global dan Peluang Saham di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
Secara keseluruhan, tekanan dari sentimen global seperti kenaikan suku bunga AS dan ketegangan geopolitik diperkirakan akan memberikan tekanan negatif pada IHSG, terutama melalui aksi jual dari investor asing dan pelemahan sektor teknologi. Di sisi lain, kekuatan ekonomi domestik yang didukung oleh konsumsi dan investasi bisa menjadi penahan pelemahan IHSG, terutama jika sektor-sektor seperti perbankan dan komoditas mampu merespons positif terhadap kondisi domestik. IHSG kemungkinan akan bergerak dalam kisaran terbatas, dengan potensi tekanan lebih lanjut jika sentimen negatif global terus mendominasi.
Analisa IHSG
Pada minggu lalu (12-16 Agustus 2024), IHSG mengalami penurunan sebesar 1,4%, terutama dipicu oleh sentimen negatif dari investor asing yang melakukan aksi jual setelah rilis data inflasi AS yang lebih tinggi dari ekspektasi. Tekanan juga datang dari dalam negeri, dengan inflasi domestik yang tetap tinggi di level 4,8% YoY, memicu kekhawatiran terhadap daya beli masyarakat. Secara teknikal, IHSG saat ini berada di area support kritis pada level 6.700. Indikator Relative Strength Index (RSI) menunjukkan kondisi mendekati oversold, yang dapat memberikan sinyal potensi rebound. Namun, indikator Moving Average Convergence Divergence (MACD) masih menunjukkan tren bearish. Dengan kondisi ini, IHSG kemungkinan akan bergerak terbatas dalam rentang 6.700-6.800 pada minggu ini. Jika support di 6.700 dapat bertahan, ada peluang IHSG akan menguji kembali level resistance di 6.800. Namun, jika tembus di bawah 6.700, IHSG bisa melanjutkan penurunan hingga ke level 6.600.
Pilihan Saham Berdasarkan Analisa
- BBRI (PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
BBRI adalah bank terbesar di Indonesia dan berpotensi menjadi pilihan defensif dalam kondisi pasar yang tidak menentu. Kekuatan BBRI dalam sektor perbankan yang didukung oleh konsumsi domestik yang kuat bisa menjadi penahan pelemahan IHSG.
- Adaro Energy Tbk (ADRO)
ADRO sebagai salah satu produsen batu bara utama Indonesia diuntungkan dari surplus neraca perdagangan. Meskipun ada ketidakpastian global, kebutuhan energi global tetap ada.
- Astra International Tbk (ASII)
ASII adalah perusahaan konglomerat yang terdiversifikasi dalam berbagai sektor, termasuk otomotif dan agribisnis. Kinerja baik di sektor-sektor ini dapat mendukung kinerja saham meskipun ada tekanan pasar.
- Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
UNVR sebagai perusahaan barang konsumen yang stabil sering kali dapat bertahan dalam kondisi pasar yang volatil, terutama dengan daya beli domestik yang relatif stabil.
Belajar Saham Gratis dan Reksadana: Klik Disini
Kesimpulan:
Dalam menghadapi ketegangan geopolitik global dan tekanan inflasi domestik, sektor-sektor yang lebih stabil seperti perbankan dan barang konsumen, serta perusahaan dengan fundamental yang kuat seperti yang disebutkan di atas, dapat menawarkan perlindungan lebih baik. Sementara itu, saham-saham dengan dividen tinggi seperti ADRO juga menawarkan potensi keuntungan tambahan dari distribusi dividen.
*Catatan: Pastikan untuk memantau perkembangan pasar secara berkala dan sesuaikan strategi investasi Anda berdasarkan perubahan kondisi pasar dan berita terkini.
*Disclaimer: Artikel berikut merupakan analisa yang bertujuan untuk edukasi investasi. Segala keputusan investasi pelaku pasar serta resiko yang menyertai merupakan tanggung jawab masing-masing investor.
One Comment